Kamis, 10 November 2011

Mencari Sebuah Masjid


BY:TAUFIQ ISMAIL

Aku diberitahu tentang sebuah masjid,

yang tiang-tiangnya dari pepohon di hutan, fondasinya batu karang dan pualam pilihan

atapnya menjulang tempat bersangkutnya awan dan kubahnya tembus pandang,

berkilauan digosok topan kutub utara dan selatan

Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparan,

dihiasi dengan ukiran kaligrafi Qur’an dengan warna platina dan keemasan

bentuk daun-daunan sangat teratur serta sarang lebah demikian geometriknya

ranting dan tunas berjalin bergaris-garis gambar putaran angin

Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang sebuah masjid

yang menara-menaranya menyentuh lapisan ozon dan menyeru azan tak habis-
habisnya membuat lingkaran mengikat pinggang dunia kemudian nadanya yang
lepas-lepas disulam malaikat jadi renda benang emas yang memperindah ratusan
juta sajadah di setiap rumah tempatnya singgah

Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang sebuah masjid

yang letaknya dimana bila waktu azan lohor engkau masuk kedalamnya

engkau berjalan sampai waktu ashar, tak kan capai saf pertama

sehingga bila engkau tak mau kehilangan waktu, bershalatlah di mana saja

di lantai masjid ini yang besar luar biasa

Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang ruangan disisi mihrabnya

yaitu sebuah perpustakaan tak terkata besarnya dan orang-orang dengan tenang

membaca di dalamnya, di bawah gantungan lampu-lampu kristal terbuat dari berlian

yang menyimpan cahaya matahari, kau lihat bermilyar huruf dan kata masuk

beraturan ke susunan syaraf pusat manusia dan jadi ilmu berguna

di sebuah pustaka yang bukunya berjuta-juta terletak disebelah menyebelah masjid kita

Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang sebuah masjid

yang beranda dan ruang dalamnya tempat orang-orang bersila bersama dan

bermusyawarah tentang dunia dengan hati terbuka dan pendapat bisa berlainan

namun tanpa pertikaian dan kalaupun ada pertikaian bisalah diuraikan dalam simpul

persaudaraan sejati dalam hangat sajadah yang itu juga terbentang

di sebuah masjid yang sama

Tumpas aku dalam rindu.
Mengembara mencarinya

Dimanakah dia gerangan letaknya?

Pada suatu hari aku mengikuti matahari

ketika dipuncak tergelincir sempat lewat seperempat kwadran turun ke barat dan

terdengar merdunya azan di pegunungan, dan akupun melayangkan pandangan

mencari masjid itu kekiri dan kekanan,
ketika seorang tak kukenal membawa sebuah
gulungan,
dia berkata "Inilah dia masjid yang dalam pencarian tuan"

dia menunjuk tanah ladang itu dan di atas lahan pertanian
dia bentangkan secarik
tikar pandan
kemudian dituntunnya aku ke sebuah pancuran
airnya bening
dan dingin mengalir teraturan, tanpa kata dia berwudlu duluan.

Akupun di bawah air itu menampungkan tangan, ketika kuusap mukaku,
kali ketiga secara perlahan,
hangat air yang terasa bukan dingin

Kiranya demikianlah air pancuran bercampur dengan air mataku yang bercucuran.


Ini adalah salah satu puisi favorit Indonesia. cakep :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar