SEPERTI JUGA AKU: NAMAMU SIAPA, BUKAN?
PANDANGMU HENING DI PERMUKAAN TELAGA DAN RINDUMU DALAM
TETAPI JANGAN SAJA KITA BERCINTA
JANGAN SAJA AKU MENCAPAIMU DAN KAU PADAKU MENJELMA
ATAU TUNGGU SAMPAI ANGIN MELEPASKAN SELEMBAR DAUN
DAN JATUH DI TELAGA: PANDANGMU BERPENDAR, BUKAN?
CEMASKAH A KU KALAU NANTI AIR HENING KEMBALI?
CEMASKAH AKU KALAU GUGUR DAUN DEMI DAUN LAGI
SAPARDI DJOKO DAMONO (1971)
Tampilkan postingan dengan label sapardi djoko damono. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sapardi djoko damono. Tampilkan semua postingan
Rabu, 21 Desember 2011
MEMBEBASKAN HUJAN
ADA YANG INGIN MENJARING HUJAN
DENGAN PEPATAH-PETITIH TUA
YANG TAK LEKANG MESKI BASAH-
HUJAN BURU-BURU MENGHAPUSNYA
ADA YANG INGIN MENGURUNG HUJAN
DALAM SEBUAH ALINEA PANJANG
YANG TAK KACAU MESKI KUYUP
HUJAN MALAH SIBUK MENYUNTINGNYA
ADA YANG INGIN MEMBEBASKAN HUJAN
DENGAN TELAPAK TANGAN
YANG JARI-JARINYA BERGERAK GEMAS-
HUJAN PUN TERSIRAP: AIR MATA
SAPARDI DJOKO DAMONO
DENGAN PEPATAH-PETITIH TUA
YANG TAK LEKANG MESKI BASAH-
HUJAN BURU-BURU MENGHAPUSNYA
ADA YANG INGIN MENGURUNG HUJAN
DALAM SEBUAH ALINEA PANJANG
YANG TAK KACAU MESKI KUYUP
HUJAN MALAH SIBUK MENYUNTINGNYA
ADA YANG INGIN MEMBEBASKAN HUJAN
DENGAN TELAPAK TANGAN
YANG JARI-JARINYA BERGERAK GEMAS-
HUJAN PUN TERSIRAP: AIR MATA
SAPARDI DJOKO DAMONO
Senin, 19 Desember 2011
SAJAK DESEMBER

KUTANGGALKAN MANTEL SERTA TOPIKU YANG TUA
KETIKA DAUN PENANGGALAN GUGUR
LEWAT TENGAH MALAM.....
KEMUDIAN KUHITUNG
HUTANG-HUTANGKU PADA-MU...
MENDADAK TERASA: BETAPA MISKINNYA DIRIKU;
DI LUAR HUJA PUN MASIH KUDENGAR
DARI CELAH-CELAH JENDELA.....
ADA YANG TERBARING DI KURSI..LETIH SEKALI...
MASIH PATUTKAH KUHITUNG SEGALA MILIKKU
SELEMBAR CELANA DAN SELEMBAR BAJU....
KETIKA KUSEBUT BERULANG NAMA-MU..
TARAM TEMARAN BAYANG, BIANGLALA ITU
~*Sapardi Djoko Damono*~
-1961-
Minggu, 18 Desember 2011
SAJAK TELUR
HUJAN BULAN JUNI
Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon bunga itu.
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu.
Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu.
Sapardi Djoko Damono
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon bunga itu.
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu.
Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu.
Sapardi Djoko Damono
Kamis, 15 Desember 2011
Hatiku Selembar Daun
hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput
nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini
ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput
sesaat adalah abadi sebelum kausapu tamanmu setiap pagi
Sapardi Djoko Damono
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini
ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput
sesaat adalah abadi sebelum kausapu tamanmu setiap pagi
Sapardi Djoko Damono
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
PERCAKAPAN MALAM HUJAN
Hujan, yang mengenakan mantel, sepatu panjang dan, payung, berdiri di samping tiang listrik.
Katanya kepada lampu jalan,
"Tutup matamu dan tidurlah. Biar kujaga malam"
"Kau hujan memang suka serba kelam serba gaib serba suara desah;
asalmu dari laut, langit dan bumi;
Kembalilah jangan menggodaku tidur.
Aku sahabat manusia. Aku suka terang.
SAPARDI DJOKO DARMONO
Hujan Bulan Juni, 1973
Katanya kepada lampu jalan,
"Tutup matamu dan tidurlah. Biar kujaga malam"
"Kau hujan memang suka serba kelam serba gaib serba suara desah;
asalmu dari laut, langit dan bumi;
Kembalilah jangan menggodaku tidur.
Aku sahabat manusia. Aku suka terang.
SAPARDI DJOKO DARMONO
Hujan Bulan Juni, 1973
Langganan:
Postingan (Atom)